Dikutip dari penulis HERMAS E PRABOWO Pemilik showroom mobil bekas di Ciputat, Tangerang Selatan, mengeluhkan kondisi mobil Nissan All New Grand Livina XV tahun 2011 bertransmisi otomatis.  Jarum penunjuk putaran mesin per menit/RPM-nya naik-turun. Putaran mesin saat langsam (idle) tidak stabil.

Waktu pertama dia membeli mobil itu dari tangan pemiliknya, semua dalam kondisi normal. Mesin mudah dihidupkan, responsif, akselerasi bagus, dan putaran mesin stabil.

Masalah muncul tidak lama setelah karyawannya mencuci seluruh bagian mobil, lalu menyemir di bagian-bagian tertentu di kabin dan ruang mesin, sebelum mobilnya dipajang di showroom. Dari polesan bekas semir, penyemiran juga dilakukan di berbagai sambungan kabel/konektor dan sensor.

Pasokan bahan bakar

Setelah dilakukan analisa-mendetail terhadap berbagai kinerja komponen mobil, yang memengaruhi kinerja mesin dan secara spesifik berpengaruh pada RPM saat mesin langsam, sampailah pada diagnosa awal bahwa sensor MAF (mass air flow) bermasalah.

Ada kemungkinan pasokan udara ke ruang bakar tidak terkalkulasi secara akurat. Kacau. Akibatnya pasokan bahan bakar ke mesin yang disemprotkan injektor, tidak sesuai kebutuhan.

Karena campuran bahan bakar dan udara di ruang bakar tidak proporsional, kadang berlebih kadang kurang, membuat putaran mesin tidak stabil. Ini bisa dibaca pada jarum RPM yang terus bergerak naik-turun saat langsam.

Putaran mesin yang tidak stabil berdampak pada buruknya kinerja transmisi matic. Karena akan mengacaukan informasi yang masuk ke sistem pengendali mobil (Electronic Control Unit/ECU), akibatnya ECU tidak mampu memberikan perintah yang tepat pada transmisi matic untuk melakukan perpindahan percepatan otomatis secara baik. Bisa jadi perintah perpindahan percepatan otomatis dari ECU tidak sesuai kondisi jalan dan beban kendaraan.

Meski begitu, sensor MAF bukan tersangka satu-satunya.  Terbuka kemungkinan terjadi gangguan kinerja pada komponen atau sensor lain. Karena masalah tidak stabilnya putaran mesin, tidak hanya karena gangguan atau kegagalan fungsi sensor MAF semata.

Dugaan awal ini semakin diperkuat oleh pengakuan pemilik showroom. Dia baru saja mengganti merek semir yang dia pakai untuk membersihkan komponen-komponen tertentu berbahan plastik, termasuk sensor-sensor mobil. Trik penyemiran biasa dipakai showroom mobil bekas agar mobil tampak seperti baru.

Semir pengganti, cenderung lebih encer dan rupanya tidak tahan panas. Saat kondisi mesin dan ruang mesin dingin tidak menjadi soal. Saat panas, semir meleleh dan ada kemungkinan cairannya merembes masuk ke celah sensor MAF, memicu hubungan arus pendek, sehingga mengacaukan kerja ECU.

Karena harga sensor MAF All New Grand Livina lumayan mahal, untuk lebih meyakinkan analisa dan diagnosa awal, dilakukan diagnosa ulang menggunakan scantool. Hasilnya sama, sensor MAF bermasalah.

Si penyedia informasi

Dalam dunia otomotif, sensor MAF diperkenalkan pada pertengahan 1980. Fungsinya sebagai penyedia informasi ECU, tentang berapa banyak volume dan kepadatan udara yang masuk dalam ruang bakar mesin.  Serta berbagai faktor lain yang memengaruhi kepadatan udara seperti suhu dan kelembaban.

Sensor MAF digunakan pada mobil-mobil yang dikendalikan oleh komputer (computerized engine control). Sudah menggunakan injektor/multiport injection dalam sistem pasokan bahan bakarnya.

Mobil dengan sistem injeksi atau teknologi multiport injection memberi ruang yang sangat kecil bagi terciptanya pengkabutan (vaporize) bahan bakar. Padahal hanya bahan bakar yang sudah menjadi kabut yang bisa terbakar secara sempurna.

Berbeda dengan mobil berkarburator. Jarak antara karburator pemasok bahan bakar dengan ruang bakar cukup jauh. Ruang bagi terciptanya pengkabutan cukup besar. Begitu sampai di ruang bakar, bahan bakar yang semula cair sudah menjadi kabut sehingga mudah terbakar.

Pada mobil dengan sistem injeksi, injector berada di mulut ruang bakar dan langsung disemprotkan. Tanpa ada sensor MAF, pembakaran tidak akan terjadi secara sempurna.

Ketika mobil diajak berakselerasi dari langsam, putaran mesin tersendat dan mesin cenderung bekerja pada kondisi campuran bahan bakar yang kurus (lean stumble).

Ini terjadi karena saat mobil berakselerasi dari langsam, throttle terbuka cepat. Memberi peluang masuknya udara ke ruang bakar lebih banyak, yang memicu meningkatnya tekanan udara di manifold. Tekanan atmosfer udara yang masuk ke manifold, lebih cepat dari kemampuan mesin memanfaatkannya.

Akibatnya terjadi turbulensi di sepanjang lubang isap (intake) dan ruang kompresi. Kepadatan udara meningkat. Situasi akan teratasi dengan menyemprotkan lebih banyak bahan bakar ke ruang bakar melalui injektor, sebagai kompensasi.

Pada situasi ini, ECU berperan penting. Karena harus memerintahkan injektor untuk menyemprotkan lebih banyak bahan bakar ke ruang bakar dalam ukuran yang tepat, untuk mencegah terjadinya putaran mesin tersendat akibat campuran bahan bakar terlalu kurus yang memicu peningkatan emisi. Idealnya rasio campuran udara dan bahan bakar 14,7 : 1.

Cara kerja MAF

Letak sensor MAF ada di antara filter udara dan throttle body. Cara melacaknya mudah. Telusuri saja jalur kabel di ruang mesin, menuju ke sensor, yang berada di antara filter udara dan throttle.

Ukuran sensor MAF bervariasi. Berbeda antara satu mobil dan lainnya, atau satu produsen dan lainnya. Rangkaian sirkuitnya umumnya tidak lebih dari mouse komputer.

Dalam dunia otomotif, ada dua basis model sensor MAF, yaitu hot wire dan hot film. Meski berbeda desain, fungsinya sama, mengukur volume dan kepadatan udara yang masuk ke ruang bakar mesin, untuk dilaporkan ke ECU agar ECU bisa menghitung secara tepat dan proporsional, seberapa banyak pasokan bahan bakar yang musti disemprotkan injektor.

Peran arus listrik sangat signifikan untuk memanaskan elemen pemanas pada sensor MAF. Untuk sensor MAF hot wire, elemen pemanasnya berbahan platinum. Untuk hot film elemennya nickel foil grid.

Kedua elemen sensor dipanaskan secara elektronis, dengan mengalirkan arus listrik ke dalamnya, sampai mencapai suhu panas pada tingkatan angka tertentu.

Prinsip kerja sensor MAF, ketika udara masuk melintasi elemen sensor, terjadi proses pendinginan elemen dan memaksa arus listrik mengalir lebih banyak untuk mempertahankan derajat panas elemen.

Kebutuhan arus listrik untuk mempertahankan derajat panas elemen ini proporsional dengan volume dan kepadatan udara yang mengalir ke mesin. Perubahan tegangan listrik ini yang dimonitor dan dihitung oleh ECU, sebagai dasar memberi instruksi kepada injektor seberapa banyak harus menyemprotkan bahan bakar.

Kegagalan atau terganggunya kemampuan sensor MAF pada beberapa kendaraan bisa memicu terjadinya backfire, ledakan sebelum waktunya di ruang bakar. Mesin mobil sulit dihidupkan, putaran mesin tersendat-sendat saat diberi beban, dan campuran bahan bakar terlalu kaya atau terlalu kurus/miskin.

Bisa pula terjadi putaran mesin tersendat saat pedal gas ditekan mendadak. Bahkan dalam banyak kasus, sensor MAF yang rusak memaksa ECU menyeting lean code, dan malfuction engine light/MIL menyala. Bisa juga putaran mesin saat langsam tidak rata, RPM naik-turun dan ini berdampak pada buruknya kinerja perpindahan percepatan otomatis pada transmisi matic.

Demikianlah penjelasan mengenai RPM grand livina yang naik turun semoga informasi ini bermanfaat. untuk konsultasi dan perbaikan bisa langsung via kontak di bawah ini.

KlinikMobil : Jalan Mastrip – Tulungagung telp/Wa : 0822 3038 399

 

Leave a Comment